Langsung ke konten utama

Koleksi Miniatur Kereta Api

Naik kereta api tut.. tut.. tut.. Siapa hendak turut? Ke Bandung Surabaya… Masih ingat dengan penggalan tembang lawas itu? Lagu yang amat melegenda di kalangan anak-anak ini dianggap ampuh membuat suasana bertambah ceria. Tampaknya, pengaruh lagu itu telah menyeret Ryan Scorpie, 29 tahun, untuk menekuni hobi koleksi miniatur kereta api.

Meski ia bukan berasal dari keluarga masinis kereta api, apalagi pejabat negara yang berhubungan dengan kereta api, namun kecintaannya pada dunia ini tumbuh subur. Selalu saja ada rasa ingin tahu untuk memburu nilai tradisi dalam kereta api. Dari situ, histori pengetahuan dan kemampuan manusia dapat diurut satu demi satu.
”Sebetulnya, saya berkenalan (hobi ini) lewat Paman. Dia itu memang hobi berat mengumpulkan mainan kereta api,” tutur lelaki yang akrab disapa Yopie itu. Lewat hobi pamannya itu, Yopie mengaku terkagum-kagum dengan koleksi miniatur kereta api.
Sebelumnya, tak terlintas di benak Yopie kalau ada produsen di dunia yang khusus membuat replika kereta api sesungguhnya. Desainnya sangat mirip dengan aslinya. Seperti bentuk kembarnya saja. Bahkan hingga ke detail yang sangat kecil ukurannya.
Miniatur kereta api


”Dari dulu saya memang suka dengan kereta (api). Tapi saya nggak menyangka, kalau ada miniatur yang betul-betul mirip dengan aslinya. Biasanya kan yang namanya kereta-keretaan itu dijalankan begitu saja. Nggak pakai rel dan bentuknya ya biasa saja,” cerita Yopie mengenai awal ketertarikannya dengan hobi unik ini.
Karena merasa jatuh cinta pada pandangan pertama, Yopie pun mengikuti jejak sang paman. Sejak September 1993, ia memutuskan untuk menekuni hobi ini. Dari situ pula ia asyik mengurut cerita di balik pembuatan kereta api tadi. Termasuk sejarah kereta api aslinya.
Kini, Yopie telah mengumpulkan lokomotif (kepala kereta api) sebanyak 17 buah diikuti gerbong sekitar 50. ”Ah, koleksi saya itu belum seberapa. Masih banyak yang kurang. Lagi pula saya (melakukannya) bareng Paman tadi,” ujar bapak dua anak ini merendah.

Apa Adanya

Berbeda dengan Yopie, Antono  mengaku kegemaran mengumpulkan miniatur kereta datang begitu saja. Mengalir apa adanya. Ia pun tak ingat dengan pasti, apa yang membuat dirinya gandrung memburu deretan kereta mini itu.
”Yang saya ingat di Bandung dulu, ada toko yang namanya Sarinah Bandung. Tokonya besar tetapi hanya satu lantai saja. Di situ, ada lay out kereta api. Nah, kalau mau menjalankan kereta api itu kita harus bayar,” ungkap lelaki berkacamata itu memulai kisah. Rupanya, kereta api mainan itu telah menarik perhatian Antono muda. Ia merasa kagum dengan mainan kereta api yang bergerak di atas rel. Kenangan manis itu berbuntut panjang.
”Kebetulan sekali, anak saya waktu kecilnya suka sekali dengan kereta api. Ya, saya belikan kereta api di toko mainan biasa,” sambung Antono. Upaya menyenangkan hati si cilik itu berbuah kekecewaan. Antono kesal dengan bentuk-bentuk mainan kereta api tadi. ”Relnya cuma dari bahan plastik biasa. (Bentuk) rodanya juga biasa saja. Nggak ada yang istimewalah.” Malahan, ia tak menganggap rel itu sebagai replika tulen. Tak ada bantalan atau ballast di situ.
Dari sederet kekecewaan tadi, justru Antono makin penasaran. Lulusan arsitektur Universitas Parahyangan ini mulai tanya kanan kiri. Coba mencari tahu segala informasi tentang miniatur kereta api sejati. Akhirnya, usaha pencarian itu mencapai puncak. Saat berjalan-jalan di sebuah mal terkenal di Jakarta, Antono mendapati toko hobi yang menjual beragam miniatur kereta api. Yang jelas, kelas replika itu bukan kategori biasa-biasa saja. Pucuk dicinta ulam tiba.
Dari situ, Antono gemar mengoleksi miniatur kereta api mini. Satu demi satu, rangkaian kereta itu dibelinya. Tak terasa sudah berpuluh-puluh rangkaian kereta api mengisi rumahnya. Lalu, puaskah dia? ”Tidak, saya tetap menekuni hobi ini de-ngan serius dan tidak main-main. Pencarian informasi tetap saya lakukan. Bedanya, saya mencari tahu cerita sejarah di balik pembuatan kereta (api) itu dan informasi yang terkait lainnya,” ucap direktur pengembangan bisnis PT. Modernland itu.

Detail mainan kereta api

Belajar Sejarah

Asal tahu saja, Antono juga menggemari nilai sejarah dalam sebuah kereta api. Bagi dirinya, menyukai sebuah miniatur kereta api bukan saja dilihat dari desainnya yang unik tetapi juga berkaitan dengan sejarah yang menyertai.
Menurut Antono, wajah kereta api selalu disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan manusia di zamannya. Itu sebabnya, bentuk kereta api selalu merefleksikan nuansa histori, sehingga punya nilai artistik yang berbeda dari masa ke masa. ”Dari situ kan jelas kelihatan bagaimana manusia mengembangkan teknologi. Lihat model-model kereta api zaman sebelum Perang Dunia Pertama dan setelah Perang Dunia Kedua, penampilanya sangat berbeda,” kata Antono.
Selain itu, penggalian sejarah itu membawa dampak penting dalam hobi ini. Semuanya berguna agar kita tak merasa terjebak dalam memilih sebuah miniatur. ”Hobi ini sama seperti hobi (koleksi) lainnya, karena kalau mau dijalani nggak ada habis-habisnya. Bisa-bisa kita hanya asal beli saja,” ujar Antono sembari tersenyum. Jadi, itu sebabnya kita harus pandai dalam memilih. Jangan sampai koleksi itu jadi barang yang tak bernilai.
Yopie pun setuju dengan pendapat Antono tadi. Pengetahuan yang luas bukan saja berguna pada saat memilih, tetapi juga mempengaruhi penataan rangkaian kereta api di atas rel, merangkai sebuah miniatur kereta tak boleh asal-asalan. Mesti tahu aturannya.
”Kereta (api) itu disusun menurut eranya masing-masing. Ibaratnya, lokomotif Argo Bromo itu harus menarik gerbong penumpang. Nggak ada sejarahnya kalau loko itu menarik gerbong kereta Jabotabek,” papar Yopie.
Kata Yopie, orang yang dikategorikan sebagai kolektor sejati, paham betul dengan aturan itu. Mereka amat cermat dalam menyusun rangkaian koleksi miniatur kereta api. Apalagi produsen miniatur kereta itu kadang-kadang merilis rangkaian kereta api itu secara terpisah. Bisa lokomotifnya dulu yang beredar di pasaran, lalu diikuti dengan gerbong. Atau sebaliknya.

Kereta Kaisar

Dari sekian banyak koleksi itu, Yopie mencontohkan kereta api Kaisar Wilhem II (1890 – 1905). Replika rangkaian kereta api Kekaisaran Jerman pada abad 19 hingga awal abad 20 itu termasuk edisi khusus. Benda-benda itu dibuat dalam jumlah yang terbatas.
Märklin (baca: Maerklin) sang produsen, merilisnya pada 1996. Ini merupakan seri kedua.
”Seri pertamanya, dikopi dari prototype kereta api yang digunakan Raja Ludwig II di pertengahan abad 19,” timpal Antono yang memiliki kereta api spesial ini.
Bila miniatur kereta api Raja Ludwig II unggul dalam detail, kereta kaisar Jerman ini menarik karena kemewahannya. Perhatikan baik-baik isi gerbong miniatur itu. Di dalamnya terdapat karpet, sofa, meja-meja, gorden dan lampu berikut kabel-kabelnya, yang dapat dilihat dengan jelas. Begitu pula dengan kamar kecil (WC) yang terdapat di tiap gerbong, juga bisa diintip isinya dengan leluasa. Betul-betul mewah.
Selain mengutamakan detail interior, Märklin mendesain kereta api ini sesuai dengan bentuk sesungguhnya. Lengkap dengan warnanya yang hijau gelap, sesuai dengan tren warna kereta api pada masa itu yang cenderung gelap.
Menurut Antono, Kaisar Wilhelm II amat gemar melakukan perjalanan memakai kereta api pribadinya itu. Sampai-sampai, ia dijuluki Reisekaiser. Artinya, kaisar yang senang bepergian. Ada sekitar 30 buah gerbong dan lokomotif yang dimiliki Wilhelm II itu. Satu di antaranya, lokomotif yang bernama, Dampflok Class S10. Aslinya, loko ini buatan pabrik mesin Schwartzkopf pada 1911.
Selain mengoleksi miniatur kereta api, Antono juga membangun sebuah lansekap kota kereta api di salah satu sudut rumahnya. Lengkap dengan miniatur bangunan, gudang, pepohonan, perlengkapan stasiun dan gambaran orang-orang di masa lalu.
Alhasil miniatur yang berbentuk L itu tampak lebih hidup. Kegemarannya mengagumi kereta api yang sedang berjalan dapat dipenuhi, begitu pula sejarah di balik kereta api itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Sepeda termahal Polygon 2019

Polygon sudah diakui tidak hany di Indonesia, tetapi di luar begeri. Produk sepeda yang dikeluarkan Polygon memang benar-benar berkualitas. Sudah dipakai oleh pembalap kelas atas, dan menjuarai banyak kejuaraan kelas dunia. Harga sepeda Polygon memang sebanding dengan kualitasnya. Mungkin ada yang merasa harganya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan produk sepeda lokal lannya, tetapi kami rasa ada sedikit  yang lebih baik dari Polygon, ntah itu komponen ataupun servicenya. Tahun 2019 ini, Polygon maih terus mengeluarkan update untuk model sepedanya, baik yang facelift model lama ataupun model yang baru. Model yang termahal tetap dari kategori sepeda gunung dan sepeda balap, dan memang semua sepeda ini lebih fokus untuk sepeda yang dipakai untuk kejuaraaan atau balap sepeda. Bukan type sepeda yang dipakai untuk santai atau jalan-jalan keliling kota. Semua komponen dari sepeda termahal Polygon, sudah dirancang untuk kecepatan dan akselerasi sepeda. Sepeda paling mahal Polygon

Tips untuk bike to work

Bike to work ? Berangkat – pulang kampus naik sepeda? Berikut ini beberapa tips yang mungkin bisa mengatasi rasa ragu untuk bersepeda….. Tempat kerja / kampus yang terlalu jauh untuk dicapai dengan sepeda Menurut Martha Roskowksi, salah satu staf PeopleForBikes , di Boulder, Colorado, “Mulailah komuting dari jarak yang dekat dulu, semisal empat hingga enam kilometer.” Bagi pemula, jarak sejauh itu tentu masih bisa dicapai dalam waktu kurang dari 30 menit, dengan kayuhan yang santai (yang tentu saja tak akan membuat terlalu berkeringat). Jika tempat kerja atau kampus yang dituju berjarak lebih jauh, bisa juga untuk menitipkan sepeda di tempat teman (yang tak terlalu jauh dari kantor / kampus) dan menyambung perjalanan dengan kendaraan pribadi (mobil / motor) atau kendaraan umum. Takut untuk bersepeda di jalanan yang ramai Piihlah rute yang tak terlalu dipenuhi kendaraan bermotor. Sepeda adalah alat transportasi yang fleksibel, sehingga bisa melewati jalanan kecil, yan